Sultan Murad II, yang tidak lain adalah ayah dari Sultan Mehmed II mengajarkan banyak hal guna mempersiapkan Al Fatih sebagai pemimpin penggantinya kelak. Mulai dari hafalan Al Qur'an, hadits, ilmu fiqih, ilmu falak, hingga strategi perang.
Tidak berhenti disitu saja. Selain mampu menaklukkan Konstantinopel, Muhammad Al Fatih juga mampu menguasai banyak bahasa di usia 21 tahun, diantaranya bahasa Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin dan Yunani.
Pencapaian prestasi ini juga yang akhirnya menjadikan Muhammad Al Fatih kayak dijadikan role model bagi seluruh pemuda muslim saat ini. Giat belajar, rasa tidak puas terhadap ilmu pengetahuan, sifat tawadhu, serta patuh pada ajaran agama adalah benteng paling kuat bagi setiap generasi muslim untuk menghadapi tantangan di berbagai masa.
Meneladani Keberhasilan Muhammad Al Fatih
Setelah kita mengetahui siapa itu Sultan Mehmed II atau Muhammad Al Fatih, tentu kita akan merasa takjub, bukan, dengan segala pencapaian beliau di usia yang cukup muda? Lantas, bagaimana agar kita bisa meneladani hal tersebut?
Muhammad Al Fatih tidak suka membuang waktu
Hal ini tercermin dari betapa banyak pencapaian prestasi beliau di usia muda. Waktu bermain dialokasikan menjadi waktu belajar. Bukan berarti kita tidak perlu bermain, akan tetapi semua ada waktunya. Bermain saat masih anak-anak sangat dianjurkan, agar ketika masuk remaja bisa mulai fokus terhadap pelajaran.
Editor : Taufik Hidayat