Inovasi HPEF-UV Hadir untuk Tingkatkan Keamanan dan Kualitas Sari Jeruk UMKM
JEMBER, iNewsBondowoso.id - Teknologi sterilisasi non-termal High Pulsed Electric Field–Ultraviolet (HPEF-UV) mulai dilirik sebagai solusi modern untuk menjaga keamanan dan mutu minuman segar tanpa proses pemanasan. Kombinasi medan listrik berdenyut tegangan tinggi dan penyinaran ultraviolet ini mampu menekan pertumbuhan mikroba tanpa merusak rasa, aroma, maupun warna buah.
Teknologi tersebut kini diperkenalkan kepada UMKM minuman sari jeruk “Jerukku” di Kecamatan Semboro, Jember, melalui kegiatan diseminasi.
Tim dari Politeknik Negeri Jember (Polije) hadir langsung di lokasi produksi yang berada dekat sentra perkebunan jeruk rakyat untuk menunjukkan cara kerja teknologi tersebut. Dipimpin Prof. Dr. Ir. Budi Hariono, M.Si, tim Polije mendemonstrasikan bagaimana HPEF-UV dapat menjadi pendekatan baru dalam pengolahan minuman buah.
Teknologi ini menawarkan proses sterilisasi yang efektif tanpa memanaskan produk, sehingga rasa dan warna jeruk tetap stabil meski umur simpan diperpanjang. Tim yang terlibat meliputi Dimas Triardianto, S.T., M.Sc; Adhima Adhamatika, S.TP., M.TP.; Findi Citra Kusumasari, S.Pd., M.Si; Angga Herviona Ikhwanudin, S.TP; dan Nurul Widadi, A.Md.T.
Prof. Budi menegaskan bahwa teknologi non-termal sangat dibutuhkan oleh UMKM minuman segar yang selama ini bergantung pada pemanasan sederhana.
“Pengusaha kecil sering dihadapkan pada pilihan sulit yakni menjaga rasa atau menjaga keamanan. Teknologi ini membantu mereka mendapatkan keduanya,” jelasnya.
Dalam kegiatan diseminasi, tim Polije tidak hanya mengenalkan konsep alat, tetapi juga menampilkan alur produksi secara menyeluruh. Mulai dari persiapan bahan baku, proses sterilisasi menggunakan HPEF-UV, hingga validasi higienitas produk.
Pendekatan ini penting karena minuman buah segar memiliki karakter sensitif dan rentan mengalami kerusakan mikrobiologis.
Bagi UMKM “Jerukku”, kegiatan ini menambah wawasan baru mengenai cara mempertahankan kualitas minuman tanpa menggunakan bahan pengawet tambahan. Pemilik usaha mengakui bahwa keterbatasan umur simpan sering menjadi hambatan dalam pemasaran.
“Kami ingin menjaga rasa jeruk Semboro yang segar, tapi juga butuh produk yang lebih tahan lama. Teknologi ini memberi harapan baru bagi usaha kecil seperti kami,” ungkapnya.
Anggota tim, Adhima Adhamatika, menambahkan bahwa adopsi teknologi tidak hanya bergantung pada kecanggihan alat, tetapi pada kemampuan pelaku usaha mengintegrasikannya dalam alur kerja.
“Kami ingin teknologi ini membumi, bukan sekadar demonstrasi. Karena itu pelatihan dilakukan sedetail mungkin agar pelaku usaha bisa mengoperasikannya secara mandiri,” tuturnya.
Kegiatan di Semboro ini menunjukkan komitmen Polije dalam menjembatani inovasi kampus dengan kebutuhan masyarakat. Dengan memperkenalkan teknologi HPEF-UV ke tingkat UMKM, tim berharap konsumen memperoleh minuman jeruk yang lebih aman, sementara pelaku usaha meraih nilai tambah melalui peningkatan stabilitas dan kualitas produk.
Editor : Riski Amirul Ahmad