BONDOWOSO, INewsBondowoso.id - Beragam cara dilakukan untuk menyebarkan syiar agama. Di Kabupaten Bondowoso terdapat sebuah Pondok Pesantren yang menggunakan seni budaya jawa untuk berdakwah kepada masyarakat.
Adalah Pondok Pesantren Manbaul Falah. Lembaga agama yang beralamat di Dusun Moncek, Desa Wonosuko, Kecamatan Tamanan ini menyampaikan risalah agama islam pada masyarakat lokal menggunakan jalur seni budaya Jawa berupa gamelan.
Berdasarkan informasi, Ponpes Manbaul Falah berdiri sejak 12 November 2012 lalu. Ponpes ini didirikan oleh seorang tokoh agama bernama KH. Achmad Kamaluddin asal Grobogan, Kudus, Jawa Tengah.
Santri Ponpes Manbaul Falah memiliki kelompok hadrah santri yang memainkan Gamelan. Namanya Majlis Condong Tresno.
Para santri memainkan tembang-tembang karya para Wali Songo dengan Gamelan saat pengajian. Seperti Ilir-ilir, Sluku-sluku Blatok, dan lain-lain.
Seiring berjalannya waktu, Gamelan Condong Tresno pun mulai bertranformasi dengan menambah alat musik rebbana dalam permainan Gamelannya.
Tembang yang dibawakan, beberapa adalah tembang sholawat dengan iringan Gamelan. Tak hanya lagu jawa saja.
Menurutnya, lahirnya Jawaisme dalam menyampaikan risalah islam melalui Gamelan Condong Tresno itu terinspirasi dari para wali songo.
Melalui Gamelan Condong Tresno yang lahir enam tahun setelah berdirinya Ponpes itu, pendiri pondok ingin melestarikan kembali masuknya Islam ke tanah Jawa dengan Gamelan.
Kini masyarakat sekitar sudah ikut membaur. Jumlah jamaah pengajian capai ribuan.
Gamelan yang dibawakan para santri tersebut setiap malam Jum'at manis juga berkeliling melakukan Nyekar Pepunden. Yakni, ziaroh makam leluhur dan makam.
Seperti makam Datuk Panji - guru Ki Ronggo, makam Ki Ronggo, dan lainnya.
Jadi setelah dilakukan doa bersama di makam, dan kemudian hadrah Gamelan Condong Tresno memainkan tembang karya Wali Songo.
"Jadi ngaji, doa dan tahlil, setelah acara seleaai main gamelan di makam itu," ungkap Ustad Fandi Ika Maulana, salah seorang pengajar di Ponpes Manbaul Falah.
Kendati menggunakan budaya Jawa sebagai media penyampai risalah Islam. Kata Ustad Fandi, para santri tetap belajar dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Dengan menempuh pendidikan formal seperti umumnya. Termasuk, mengikuti pendidikan selama enam tahun. Yang setiap tahunnya yakni mendalami ilmu berbeda-beda.
Secara berurutan, dari pertama mendalami kitab kuning, fiqih, mendalami Hadis, tafsir Al Qur'an, komunikasi Bahasa Inggris, dan di tahun akhir wajib membuat karya tulis berbahasa arab.
Cukup terkenal dengan syiar Islam menggunakan pendekatan budaya Jawa.
Ponpes Manbaul Falah juga memiliki arsitektur bangunan bermodel Jawa.
Editor : Riski Amirul Ahmad
Artikel Terkait