Siapa Bermain di Balik Dugaan Penyalahgunaan KUR di Bondowoso?

BONDOWOSO, iNewsBondowoso.id – Dugaan penyalahgunaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di salah satu bank plat merah di Bondowoso kini menjadi sorotan. Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Ansor Bondowoso, Jayadi, yang juga merupakan kuasa hukum enam korban, mengungkap adanya indikasi celah dalam sistem analisis kredit yang memungkinkan pihak-pihak tertentu bermain di balik pencairan dana KUR tersebut.
Menurut Jayadi, seharusnya KUR hanya diberikan kepada pelaku usaha yang benar-benar memenuhi syarat. Namun, dalam kasus ini, ditemukan individu yang tidak memiliki usaha justru mendapatkan pinjaman dengan mudah.
"Bagaimana mungkin seseorang yang tidak memiliki usaha bisa mendapatkan KUR? Ini bukan sekadar kelalaian, tetapi ada kemungkinan permainan di dalamnya," ujar Jayadi, Kamis (13/2/2025).
Jayadi menjelaskan bahwa enam korban yang ia dampingi berasal dari dua kelompok yang terdiri dari masing-masing 10 orang. Mereka melaporkan dugaan skema penipuan yang melibatkan peminjaman identitas.
Awalnya, para korban hanya diminta menyerahkan dokumen pribadi seperti KTP dan Kartu Keluarga (KK) dengan iming-iming bantuan pencairan dana KUR. Namun, tanpa sepengetahuan mereka, pinjaman dalam jumlah besar dicairkan atas nama mereka.
Lebih mencurigakan, menurut Jayadi, proses pengajuan Surat Keterangan Usaha (SKU) yang seharusnya dilakukan secara ketat, justru dikoordinasikan oleh seorang terlapor berinisial RAZ. Hal ini menimbulkan dugaan adanya keterlibatan pihak dalam yang memuluskan pencairan KUR tanpa verifikasi ketat.
"Seharusnya bank melakukan analisis kredit dengan cermat. Tapi kalau ada seseorang yang bisa mengatur SKU untuk banyak orang sekaligus, ini jelas ada yang tidak beres," tambahnya.
Jayadi mendesak penyidik untuk memeriksa semua dokumen analisis kredit, termasuk data tertulis, foto, dan hasil survei lapangan, guna mengungkap siapa saja yang terlibat dalam skema ini.
Kasus ini mencuat setelah sejumlah pemuda di Kecamatan Sumber Wringin mengeluhkan adanya pinjaman atas nama mereka yang tidak pernah mereka ajukan.
Saiful Arifin (21), warga Desa Sumbergading, baru menyadari dirinya memiliki utang Rp 100 juta setelah pengajuan kredit sepeda motornya ditolak oleh dealer akibat catatan di BI Checking.
"Saya tidak pernah mengajukan KUR. Tapi saya memang pernah menerima bantuan Rp 1 juta hanya dengan menyerahkan KTP dan KK kepada seorang teman. Saya tidak menyangka data saya dipakai untuk pinjaman besar seperti ini," ungkapnya.
Kejaksaan Negeri Bondowoso kini mulai mengusut kasus ini dengan memeriksa dokumen analisis kredit serta mengumpulkan bukti dari korban.
Kasus ini membuka mata publik bahwa sistem verifikasi perbankan masih memiliki banyak celah yang dapat dimanfaatkan oleh pihak tertentu. Diharapkan, kejadian ini menjadi pelajaran bagi perbankan untuk lebih selektif dalam pencairan KUR agar tidak disalahgunakan oleh oknum-oknum yang bermain di balik sistem.
Dengan semakin banyaknya laporan yang masuk, publik kini menunggu siapa yang akan terungkap dalam dugaan penyalahgunaan KUR ini. Apakah ada oknum internal bank yang terlibat? Atau ada jaringan yang lebih luas di baliknya?
Kasus ini masih terus berkembang. Pantau terus iNewsBondowoso.id untuk update terbaru!
Editor : Riski Amirul Ahmad