BONDOWOSO, iNewsBondowoso.id - Menjelang Pemilu serentak di 2024, Kiai dan Pesantren besar di Situbondo dan Probolinggo masih menjadi kiblat politik di wilayah Tapal Kuda yang meliputi Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi dan Probolinggo.
Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh dosen politik UIN Surabaya asal Bondowoso, Saiful Bahar. Menurut dia, kiai dan Pesantren besar memiliki pengaruh yang cukup besar untuk mendulang suara.
"Iya, voting behavior masyarakat termasuk Bondowoso tak banyak berubah. Pengaruh kiai dan pesantren sangat kuat, terutama kiai dan pesantren yang memiliki santri dan alumni serta jamaah," ujar alumni Ponpes Nurul Jadid Paiton, Probolinggo ini, Selasa (03/10/2022) ketika dihubungi melalui saluran telepon seluler.
Para kiai, kata Bahar, tetap akan menjadi kiblat politik bagi politisi dan partai politik, kiai dan pesantren tetap jadi pendulang suara.
"Karena masyarakat baik itu masyarakat biasa, maupun kelas 'bajingan' selalu tunduk dan patuh terhadap petuah kiai," katanya.
Hal senada juga dikemukakan oleh Subhan Ali, pengamat kebijakan publik Jember ini mengatakan bahwa dalam sejarah wali songo pun, para wali juga kerap kali ikut terjun langsung dan mereka selalu dimintai pendapat oleh para raja sebelum mereka mengeluarkan sebuah kebijakan.
"Jadi meskipun dalam urusan politik, kiai harus memberikan warna agar roda pemerintahan nanti tidak melenceng," ujarnya.
Perbedaan pandangan dalam hal politik bagi para kiai adalah sebuah keniscayaan. Sebab hal itu juga untuk menjaga keseimbangan.
"Bagaimana pemerintahan dijalankan tanpa adanya peranan kyai, itu sangat tidak baik karena mereka nanti akan menjadi kontrol dalam setiap pengambilan kebijakan dan mereka juga akan bisa memberikan masukan kepada pemerintahan," tukasnya.
Adapun kyai dan pesantren yang seringkali menjadi jujukan politik di Pemilu adalah Pondok Pesantren Nurul Jadid, Sukorejo dan juga Ponpes Wali Songo Situbondo.
Editor : Taufik Hidayat